Saya tertegun. Darah di seluruh tubuh terasa berdesir lebih cepat. Jarum jam menunjukkan pukul 12 tengah malam. Seorang pemuda sedang menyikat lantai. Di sampingnya tergeletak sebuah ember berisi air. Tak jauh dari situ terdapat cairan pembersih. Mata saya berkaca-kaca. Saya hampir tidak percaya pemuda itu adalah anak saya, Rio.
Saya tidak menyangka Rio mau melakukan hal itu. Menyikat lantai dan mengepel. Di dadanya masih melekat “celemek” warnah hijau dengan sebuah logo yang sangat dikenal: Starbucks.
Sudah hampir tiga bulan Rio magang kerja di Starbucks. Pekerjaan utamanya membuat kopi dan melayani pembeli. Menjelang tutup, bergantian dengan teman-teman sekerjanya, dia menyapu, bersih-bersih, buang sampah, termasuk mengepel atau menyikat lantai.
Meliaht Rio melakukan pekerjaan tersebut, ada rasa haru yang menyesakkan dada. Sudah sejak lama saya ingin anak saya bekerja seperti itu. Beberapa waktu lalu saya pernah sedikit memaksa agar dia melamar di salah satu restoran cepat saji terkenal. Tetapi sayang lamarannya tidak pernah mendapat jawaban. Berkali-kali dicoba tetapi yang terakhir jawaban yang diterima mereka belum membutuhkan tenaga magang.
Saya mendorong Rio untuk magang di restoran cepat saji karena saya ingin dia merasakan apa yang dirasakan para pelayan restoran. Saya ingin dia berempati terhadap pekerjaan pramusaji. Sebab selama ini dia selalu berada pada posisi yang dilayani. Bagaimana rasanya jika sebaliknya, dia yang harus melayani?
Setelah gagal magang di restoran cepat saji, Rio akhirnya diterima magang di Starbucks. Sejak awal saya sudah menyiapkan mentalnya untuk menerima keadaan terburuk sebagai pelayan: mendapat perlakukan kasar dari pembeli.
Namun, jujur saja, ketika toh saya melihat di tengah malam anak sulung saya menyikat lantai dan mengepel, disaksikan pengunjung mall yang lalu lalang, perasaan saya campur aduk. Terharu, sedih, dan bangga menjadi satu. Apalagi ketika dia melihat ayahnya, bersama ibu dan adik-adiknya datang, Rio tertawa sembari terus bekerja. Situasi yang aneh melihat anak yang saya cintai berada di posisi melayani dan saya di posisi tamu yang dilayani.
Ingatan saya lalu kembali ke masa saya kuliah. Untuk mencari tambahan uang kuliah, selain menjual kartu-kartu ucapan yang saya lukis sendiri, saya juga menjual tenaga kepada siapa saja yang membutuhkan. Termasuk kepada kakak laki-laki saya.
Suatu ketika, kakak saya berniat mengecat rumahnya. Saya langsung menawarkan diri. Tentu dengan bayaran. Maka setiap hari, selama seminggu, sebelum kuliah saya mampir dulu ke rumah kakak saya di bilangan Kalibata, Jakarta Timur.
Selama rata-rata empat jam per hari, saya menjadi tukang cat. Seusai bekerja, mandi, baru saya ke kampus. Saya menjalani pekerjaan itu dengan penuh tanggung jawab. Sesudah selesai baru dibayar. Kakak saya dan kakak ipar saya awalnya merasa tidak nyaman. Tetapi mereka kemudian menghargai upaya saya untuk mencari tambahan uang kuliah. Jaman memang terus bergerak. Nilai-nilai berubah. Tentu saya tidak mungkin meminta anak-anak saya untuk melakukan pekerjaan yang dulu saya lakukan. Tetapi setidaknya saya berharap anak-anak saya bisa menghargai orang-orang yang keadaannya sama seperti ayahnya dulu.
* Terima kasih kepada Ibu Catharina Widjaja dan Manajemen Starbucks yang telah memberi kesempatan kepada Rio untuk magang.
blog ini akan mempermudah anda untuk mengetahui bagaimana seluk beluk kehidupan di dunia sains & Teknologi.
Rabu, 20 Januari 2010
Catatan lucu atas kasus KPK Vs POLRI
Ya…kan, tambah membingungkan…? Satu kelompok tidak percaya pada proses hukum Polri, kelompok yang lain antipati terhadap Kejati, lainnya lagi malah KPK yang dicurigai, Tim 8 sibuk memberikan rekomendasi,
eee….ujung-ujungya pak presidenlah yang harus gigit jari karena bingung melihat para bawahannya ribut sendiri-sendiri.
Sebenarnya, yang salah itu siapa…? Polri-kah? Kejati-kah? KPK-kah? Tim 8-kah? Bank Century-kah? Bibit-Candra-kah? Susno Duaji-kah? Kapolri-kah? Atau Presiden-kah? Woalaaaah…kok malah jadi serba salah begini tho yooo…?
Aneh memang Indonesia, yang tidak bersalah takut di sidang di pengadilan, karena tahu jika ada skenario yang dapat membuat mereka jadi tertuduh dan bersalah. Yang bersalah ingin di sidang, karena mereka yakin dapat membeli ruang pengadilan seisi-isinya, sehingga mereka dapat bebas dan dianggap tidak bersalah.
Kalau begini terus, rakyat Indonesia itu mau minta keadilan sama siapa, jika lembaga penegak hukumnya sudah tidak lagi memberikan rasa aman, tenteram, maupun keadilan yang wajar.
Gimana gak frustasi bangsa Indonesia ini; lapor ke Polri malah dicurigai, mengajukan gugatan ke MA malah dijadikan tergugat, minta keadilan ke kejaksaan malah diadili, konsultasi dengan pengacara malah di peras dan dikibuli, bergerak sendiri dianggap anarki, tidak bergerak dianggap tidak koperatif terhadap hukum, tidak melapor dianggap melanggar prosedur hukum…?
Mbok ya sudah, sekarang itu kita mulai memahami bahwa yang dianggap bersalah itu orangnya, bukan lembaganya. Kalau pak Bibit dan pak Candra yang bermasalah, bukan berarti KPK itu buruk. Kalau pak Susno Duaji yang bermasalah, bukan berarti Polri-nya kacau. Dan kalau yang sangat bermasalah adalah Anggoro dan Anggodo, mengapa kita malah meributkan KPK, Kejati, Tim 8, MK, Polri, dan Presiden.
Jika terus begini keadaannya, yakni masing-masing lembaga merasa benar dan memiliki bukti, sementara bukti-bukti tersebut bersifat subjektif mengikuti cara pandang tiap-tiap lembaga itu sendiri, ya sampai kapanpun orang yang menyaksikannya akan judeg.
BUKAN BUPATI BIASA
Untung Wiyono, Bupati Sragen sedang mendalang saat Andy F. Noya, host Kick Andy masuk ke studio. Untuk yang hadir lengkap dengan pakaian kebesaran dalang memang memiliki kemampuan mendalang dengan fasih. Dalam sebulan ia bisa manggung hingga 10 kali. “Mendalang bisa dipakai sebagai alat berkomunikasi secara dekat dengan rakyat,” kata untung.
Untung memang memiliki banyak gebrakan untuk memajukan kabupaten yang ia pimpin. Di bawah pimpinannya, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah telah mengalami kemajuan secara pesat. Sragen yang dulunya tergolong daerah tertinggal kini menjadi kota terbaik dengan meraih penghargaan adipura selama enam tahun berturut-turut. “Saya sampai bilang, udahlah kita gak usah ikut-ikut lomba gitu lagi, kasian daerah lain,” ujarnya bangga.
Bupati yang mantan pengusaha ini memiliki dua akses komunikasi penting dengan rakyatnya yakni melalui pagelaran wayang dan pengembangan teknologi informatika. Salah satu yang bisa dibilang paling berhasil adalah pembangunan jaringan IT, yang menghubungkan antar desa, kecamatan, dan hingga kabupaten. Kondisi ini memudahkan komunikasi dan penukaran data antar wilayah, juga efisiensi birokrasi. “Jaman dulu saya sampai gagal dapat proyek karena birokrasi yang panjang untuk perijinan, maka ketika saya jadi bupati 18 retribusi sudah dihapus,” katanya.
Dari Gorontalo, anda akan kami pertemukan dengan seorang bupati yang hobinya bergerilya dalam bekerja dan melayani masyarakat. Ia adalah David Bobihu Akib, seorang Bupati yang mencetus konsep Government Mobile.
Dalam konsep Government Mobile itu, David dan sejumlah staffnya tidak berkantor di gedung mereka, tapi membuka kantor di rumah-rumah penduduk di tingkat kecamatan sampai pedesaan secara bergilir. “Ini namanya bukan program jemput bola, tapi rampas bola. Kita yang datangi masyarakat langsung,” kata David yang tampil di Kick Andy dengan pakaian dinas lapangannya itu.
Konsep yang diciptakan dan dijalankan David ini telah memperoleh sejumlah penghargaan, baik nasional maupun internasional.
Satu keunikan David lainnya adalah meniadakan pos satpam dan pagar di rumahnya. Sehingga masyarakat Gorontalo bisa mudah menemuinya. Sampai- sampai, katanya, ada orang minta uang buat biaya kawin saja ia ladeni. Maka mungkin pantas, kalau David tercatat dalam 10 bupati terbaik di negeri ini.
Dari Jawa Timur, hadir Bupati Jombang Suyanto yang sangat konsen dengan masalah kesehatan warganya. Dengan program “Puskesmas -Idaman Idolaku dan Rumah Sakit-Cintaku”, Suyanto membangun sebuah pelayanan kesehatan yang memadai untuk warganya.
Mungkin hanya di Jombang sebuah puskesmas memiliki banyak dokter spesialis, ruang rawat inap, bahkan sudah pernah mendapat ISO. Dan lebih hebat lagi, biaya pengobatannya cukup murah. “Kalau bisa bahkan biaya pengobatan atau operasi itu gratis di sini,” katanya.
Kisal lain adalah tentang seorang aktivis LSM yang jadi Bupati. Ia adalah Hugua, seorang aktivis lingkungan yang kemudian terpilih menjadi bupati Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Meski aktivis dan birokrat sesuatu yang agak kontradiktif, tapi ada sesuatu yang klop antara profesi Hugua dan daerah yang dipimpinnya. Ya, Hugua yang seorang aktivis lingkungan kini harus mengelola wilayah yang sangat kaya dengan keindahan alam, terutama kekayaan lautnya.
Kecocokan itulah yang kemudian mengantarkan Wakatobi menjadi wilayah yang populer dalam beberapa tahun terakhir ini. Kekayaan alam terutama keindahan bawah laut, telah mengundang banyak wisatawan ke wilayah ini. Terlebih setelah Hugua membangun berbagai fasilitas dari jalan hingga landasan pesawat terbang. “Saya ingin wakatobi terkenal tak hanya di Indonesia tapi dunia,” tegas bupati yang murah senyum ini.
Bupati terakhir yang hadir di Kick Andy kali ini adalah, seseorang yang tercatat sebagai Bupati terbaik tahun 2008 yakni Masfuk, Bupati Lamongan. Idenya yang kami anggap agak aneh adalah mempopulerkan bahasa mandarin di kabupaten yang ia pimpin. Bahkan kini sejumlah besar sekolah di sana sudah memasukkan pelajaran bahasa mandarin sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Apasih alasannya? “Selain inggris dan arab kita harus siap dengan ekonomi global, jadi mandarin harus dipelajari juga,” ujarnya.
Salah satu karya besar dari Masfuk dalam memajukan Lamongan adalah mengubah pantai kodok menjadi sebuah wisata bahari yang maju, yang tentu saja diiringi dengan kemajuan ekonomi di wilayah itu.
Satu hal yang kami sajikan special, adalah penayangan video tape profil kabupaten Lamongan yang disajikan dalam bahasa mandarin. Apakah Masfuk bisa menjelaskan isi tayangan itu? Bagaimana saat sang presenter Xinwen yang membacakan tampil langsung di hadapannya?
Saksikan selengkapnya di episode Bukan Bupati Biasa.
Tentu saja, kami yakin disamping kelima bupati ini, masih ada sejumlah pemimpin yang bisa bekerja dan berkarya secara inovatif untuk memajukan wilayahnya. Ini hanya sebagian dari gambaran dan harapan untuk saling mencerahkan satu sama lain.
Untung memang memiliki banyak gebrakan untuk memajukan kabupaten yang ia pimpin. Di bawah pimpinannya, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah telah mengalami kemajuan secara pesat. Sragen yang dulunya tergolong daerah tertinggal kini menjadi kota terbaik dengan meraih penghargaan adipura selama enam tahun berturut-turut. “Saya sampai bilang, udahlah kita gak usah ikut-ikut lomba gitu lagi, kasian daerah lain,” ujarnya bangga.
Bupati yang mantan pengusaha ini memiliki dua akses komunikasi penting dengan rakyatnya yakni melalui pagelaran wayang dan pengembangan teknologi informatika. Salah satu yang bisa dibilang paling berhasil adalah pembangunan jaringan IT, yang menghubungkan antar desa, kecamatan, dan hingga kabupaten. Kondisi ini memudahkan komunikasi dan penukaran data antar wilayah, juga efisiensi birokrasi. “Jaman dulu saya sampai gagal dapat proyek karena birokrasi yang panjang untuk perijinan, maka ketika saya jadi bupati 18 retribusi sudah dihapus,” katanya.
Dari Gorontalo, anda akan kami pertemukan dengan seorang bupati yang hobinya bergerilya dalam bekerja dan melayani masyarakat. Ia adalah David Bobihu Akib, seorang Bupati yang mencetus konsep Government Mobile.
Dalam konsep Government Mobile itu, David dan sejumlah staffnya tidak berkantor di gedung mereka, tapi membuka kantor di rumah-rumah penduduk di tingkat kecamatan sampai pedesaan secara bergilir. “Ini namanya bukan program jemput bola, tapi rampas bola. Kita yang datangi masyarakat langsung,” kata David yang tampil di Kick Andy dengan pakaian dinas lapangannya itu.
Konsep yang diciptakan dan dijalankan David ini telah memperoleh sejumlah penghargaan, baik nasional maupun internasional.
Satu keunikan David lainnya adalah meniadakan pos satpam dan pagar di rumahnya. Sehingga masyarakat Gorontalo bisa mudah menemuinya. Sampai- sampai, katanya, ada orang minta uang buat biaya kawin saja ia ladeni. Maka mungkin pantas, kalau David tercatat dalam 10 bupati terbaik di negeri ini.
Dari Jawa Timur, hadir Bupati Jombang Suyanto yang sangat konsen dengan masalah kesehatan warganya. Dengan program “Puskesmas -Idaman Idolaku dan Rumah Sakit-Cintaku”, Suyanto membangun sebuah pelayanan kesehatan yang memadai untuk warganya.
Mungkin hanya di Jombang sebuah puskesmas memiliki banyak dokter spesialis, ruang rawat inap, bahkan sudah pernah mendapat ISO. Dan lebih hebat lagi, biaya pengobatannya cukup murah. “Kalau bisa bahkan biaya pengobatan atau operasi itu gratis di sini,” katanya.
Kisal lain adalah tentang seorang aktivis LSM yang jadi Bupati. Ia adalah Hugua, seorang aktivis lingkungan yang kemudian terpilih menjadi bupati Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Meski aktivis dan birokrat sesuatu yang agak kontradiktif, tapi ada sesuatu yang klop antara profesi Hugua dan daerah yang dipimpinnya. Ya, Hugua yang seorang aktivis lingkungan kini harus mengelola wilayah yang sangat kaya dengan keindahan alam, terutama kekayaan lautnya.
Kecocokan itulah yang kemudian mengantarkan Wakatobi menjadi wilayah yang populer dalam beberapa tahun terakhir ini. Kekayaan alam terutama keindahan bawah laut, telah mengundang banyak wisatawan ke wilayah ini. Terlebih setelah Hugua membangun berbagai fasilitas dari jalan hingga landasan pesawat terbang. “Saya ingin wakatobi terkenal tak hanya di Indonesia tapi dunia,” tegas bupati yang murah senyum ini.
Bupati terakhir yang hadir di Kick Andy kali ini adalah, seseorang yang tercatat sebagai Bupati terbaik tahun 2008 yakni Masfuk, Bupati Lamongan. Idenya yang kami anggap agak aneh adalah mempopulerkan bahasa mandarin di kabupaten yang ia pimpin. Bahkan kini sejumlah besar sekolah di sana sudah memasukkan pelajaran bahasa mandarin sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Apasih alasannya? “Selain inggris dan arab kita harus siap dengan ekonomi global, jadi mandarin harus dipelajari juga,” ujarnya.
Salah satu karya besar dari Masfuk dalam memajukan Lamongan adalah mengubah pantai kodok menjadi sebuah wisata bahari yang maju, yang tentu saja diiringi dengan kemajuan ekonomi di wilayah itu.
Satu hal yang kami sajikan special, adalah penayangan video tape profil kabupaten Lamongan yang disajikan dalam bahasa mandarin. Apakah Masfuk bisa menjelaskan isi tayangan itu? Bagaimana saat sang presenter Xinwen yang membacakan tampil langsung di hadapannya?
Saksikan selengkapnya di episode Bukan Bupati Biasa.
Tentu saja, kami yakin disamping kelima bupati ini, masih ada sejumlah pemimpin yang bisa bekerja dan berkarya secara inovatif untuk memajukan wilayahnya. Ini hanya sebagian dari gambaran dan harapan untuk saling mencerahkan satu sama lain.
Langganan:
Postingan (Atom)